Powered By Blogger

Selasa, 18 Januari 2011

REFLEKSI KULTUR-FILOSOFIS MENGENAI PERKATAAN ‘GA I’

(Manfed Mote )

Refleksi Kultur-Filosofis yang disajikan berikut ini adalah refleksi atas pengertian dan nilai-nilai yang terkandung di dalam perkataan “GAI” atau pun perkataan yang digabungkan dan gabungan dengan ‘GAI’. Semua yang akan diutarakan ini adalah pengertian-pengertian yang terkandung di dalam ungkapan-ungkapan yang dapat didengar, dilihat dan dialami dalam kehidupan keseharian yang rutin, biasa dan lazim.
1. Pengertian ‘G A I’ secara etimologis
Perkataan ‘GAI’ di dalam bahasa Mee mengandung beberapa pengertian:
GAI berarti “awas”. Pengertian ‘awas’ ini misalnya kita jumpai dalam kalimat berikut ini: dengan kaget campur rasa takut seorang ibu berkata kepada anaknya: “Hai, anakku! Awas itu ular!” (Gootoki ma wedaa ma ukamee idana ka yokaamee kou dani eteega: “Ee anii yoka, koyu ouu kou Gai” eteega).
GAI berarti “hati-hati”. Pengertian ‘hati-hati’ misalnya dapat kita jumpai dalam kalimat: sebelum menyeberang sebuah titian yang licin, seorang kakak berkata dan menasehati adiknya: “Adikku, hati-hati menyeberang!” (Dabaa kotto enaa ki amo adii beugaa kodaa, aikamee idaa kida wenekamee kidi koudani eteeg: “Anii wenekai Gaa yake koto kou amo adii” eteegi).
GAI berarti “Waspada”. Pengertian ‘waspada’ pun dapat kita jumpai dalam contoh kalimat berikut ini: seorang kakek menasehati cucunya yang sudah berkeluarga, katanya: “Anakku waspadalah! Jangan sampai fondasi keluarga hancur berantakan!” (Adama idana naka, muumanee, wakaago naki koukadi eteegi: “Anii muuma, uguu kabo agee kabo tiyagiyoo miyoo kai ko gai eteegi”).
GAI berarti “Ingat”. Pengertian ‘ingat’ pun dapat kita jumpai dalam contoh kalimat berikut: sambil memukul anaknya yang pulang ke rumah pada waktu malam, seorang bapak berkata: Ingat! Sore harus pulang ke rumah”. (Yokamee naki waneida meeyake, wageete manaa koudani eteegi: “Gai! Owapaa mei ko uwataa kookaa eteegi”).
GAI berarti “Camkan Baik-Baik”. Pengertian ‘camkan baik-baik’ dapat pula kita temui di dalam contoh kalimat berikut ini: ketika seorang bapak menemukan anak putrinya yang sulung sedang mencuri sebuah petatas, sambil menampar pipinya, sang ayah menasehati, katanya: “Camkan baik-baik!, Mencuri itu dilarang oleh adat” (Meibo idaana ki, yokaumaumee notaa maneena omaa moteiyogoo edoomakiyake okaiya amaimu taapa wageete manaa ko koudani eteegi: “Gai, omaa motii ko daa ko ka eteegi”).
GAI berarti “Pikir baik-baik”. Pengertian ‘pikir baik-baik’ juga dapat kita temui dalam contoh kalimat berikut ini: sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, seorang tete memanggil semua anak-cucunya dan setelah semuanya duduk di dekatnya, ia berkata: “Anak-anakku pikir dan pikir baik-baik, Jikalau kamu adalah anak-anak manuia maka kamu harus berpikir” (Dimiipuye wadoo goodoke tai beu yato gaa koda, adaama idana kii okai yokaane mumaane manaa tiyaake, okai watiiya oo aniimake tiyaake ko koudani eteegi: “Anii yokaane gai, gai epeepi, ikii ko mee kitouyogoo ko dimii Gai, eteegi”).
GAI berarti “pertimbangan baik-baik”. Pengertian ‘pertimbangan baik-baik’, kita dapat jumpai dalam contoh kalimat berikut ini: Karena dua anak gadis serentak jatuh cinta kepada anak puteranya yang sulung, sebelum hendak membayar mas kawin, sang ayah menasehati dan berkata: “Anakku, pilihlah salah seorang di antara dua gadis itu namun pertimbangkan baik-baik sebelum menentukan pilihannya” (Apii yokaaga wiya nako yokaibomee nakiipa idee etiyake, mege makii beu gaa koda nakaamee kida yokaamee kidi koudani eteegi: “Anii yokaibo, kou wiya kou dogoo mee idaana nako epii egaa tigaa tiyake epii witokee timotii eteegi”).
GAI berarti “Harus Selektif”. Pengertian ‘harus selektif’, terdapat dalam kalimat berikut ini” Suatu hari seorang kakek berkata kepada anak-cucunya, begini: “Anak-cucuku terkasih, haruslah selektif memilih kata-kata sebelum hendak berbicara” (Nagoo kou ko yokaane-mumaane nakoudopa adama nakaa koudani eteegii: “Anii yokaane-mumaaneido, manaa wegaine yatoo ko epii doo gaa tigaa tai eteegi”).

2. Pengertian ‘G A I’ secara filosofis
Untuk mengerti dan memahami pengertian “GAI” secara Filosofis, kita akan mencoba menggali nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah kalimat tua yang berasal dari para leluhur dan yang hinga kini masih dituturkan oleh para orang tua. Dengan mendalami kalimat tua tersebut, selanjutnya kita diharapkan dapat mulai memasuki ‘melalui pintu’ ke dalam bagunan filsafat suku bangsa Mee.
Bunyi dari kalimat tua tersebut adalah sebagai berikut:
Gai kou wouto ko : dilatar belakang gai
Mana muto ena ma beu : tiada satu pun ajaran termahal
Mana kato ena ma beu : tiada satu pun ajaran terlengkap
Mana kabo ena ma beu : tiada satu pun ajaran terpokok.
Tetapi sebelum menggali lebih jauh khazanah pengertian dan nilai-nilai yang terkandung dalam kalimat tua ini, alangkah bijaksana jika kita terlebih dahulu melihat aneka pengertian “GAI”, yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku bangsa Mee.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar