Powered By Blogger

Selasa, 18 Januari 2011

EKSEKUTIF NASIONAL FRONT PERSATUAN PERJUANGAN RAKYAT PAPUA BARAT

(EKNAS FRONT PEPERA PB)

Sekretariat: Padang Bulan II – Abepura – Jayapura – Papua

=============================================================================

Press Release



“Segera Hentikan Berbagai Manufer Kepentingan”

Pemilihan MRP kini menjadi polemik antara masyarakat dan pemerintah, antara masyarakat dan juga antara pemerintah. Kontroversi atas perekrutan dan pemilihan MRP terjadi karena adanya unsur kepentingan. Kepentingan ini dibagikan ke dalam dua kategori besar; kategori pertama: pengejar kepentingan Ekonomi dan Politik semata; kategori kedua: pengejar kepentingan murni aspirasi bangsa Papua. Pengejar kepentingan kategori pertama terdiri oleh kelompok-kelompok kepentingan dan sistem pemerintah yang diback up oleh kekuatan Negara. Kelompok kepentingan ini ada yang murni hanya mengejar kepentingan pribadi, yakni nafsu kekuasaan dan ekonomi semata (kelompok abu-abu), di mana kelompok ini hanya memanfaatkan fasilitas dan kemudahan dari Negara hanya untuk memperkaya diri, keluarga dan golongan semata; ada pula yang mempertahankan kekuasaan dan ekonomi sambil mempertahankan keutuhan NKRI dengan cara menghalalkan segala cara, termasuk membasmi orang Papua. Operasi militer yang dilakukan oleh aparat keamanan yang mana mengorbankan rakyat sipil yang tak bersalah dilegalkan oleh Negara dan para pelaku terlindung dari jeratan hukum karena para aparat keamanan itu melakukan tugas Negara.

Kategori kedua adalah orang Papua dan simpatisan yang benar-benar terpanggil dan dengan murni memperjuangkan keadilan dan menyuarakan kebenaran. Kategori kedua adalah orang-orang yang dibenci dan bahkan dalam kategori tertentu dipandang oleh Negara Indonesia sebagai musuh Negara. Orang-orang Papua dan simpatisan yang tergolong dalam kategori kedua ini menjadi sasaran operasi oleh kekuatan Negara, yakni BIN, BAIS, BAKIN, TNI dan POLRI, juga menjadi musuh aparatus pemerintah Indonesia.

Orang-orang yang masuk dalam kategori pertama yang diback up oleh kekuatan Negara melakukan pelbagai manufer kepentingan dengan pelbagai skenario hanya untuk mempertahankan konflik di tanah Papua yang tujuannya adalah memperpanjang penindasan dan memusnahkan orang Papua serta menguasai tanah dan merampas kekayaan alam Papua dan juga gelombang migrant yang menduduki di tanah Papua dengan pelbagai kepentingan, salah satunya merampas peluang hanya untuk memperkaya diri dan keluarga.

OTSUS Papua menjadi jembatan yang ampuh untuk memusnahkan orang Papua secara pelan dan pasti serta menguasai tanah sambil merampas kekayaan alam Papua. Diera OTSUS masih diterapkan pelbagai manufer pemusnahan secara nyata dan terselubung dilancarkan oleh Negara; seiring dengan itu para migrant gelap pulang pergi lewat jalan laut dan udara. Tanah Papua kini dipenuhi oleh masyarakat migrant dari luar Papua. Mereka terdorong oleh pelbagai kepentingan, terutama kepentingan ekonomi. Karena itu pusat-pusat kota dikuasai oleh masyarakat migrant hanya untuk mengusai pusat-pusat perekonomian. Dana OTSUS yang dikucurkan triliun rupiah setiap tahun mengalir kembali kepada masyarakat migrant dan Negara.

Sementara pemerintahan OTSUS Papua menjadi boneka dari Jakarta. Walaupun pemerintah pusat memberikan kewenangan khusus bagi Papua untuk mengurus rumah tangganya, namun pemerintah pusat mengibiri kewenangan yang diberikannya dengan melakukan manufer politik dan tekanan serta intervensi.

OTSUS Papua telah menciptakan kesempatan yang emas untuk mencapai kenikmatan sesaat bagi mereka yang nafsu jabatan dan kekayaan semata. Ironisnya kebanyakan aktifis Papua Merdeka yang berbicara lantang dalam memperjuangkan keadilan dan menyuarakan kebenaran telah terbuai dengan kelicikan pemerintah Indonesia yang menawarkan pelbagai kesempatan yang mengiurkan, yakni jabatan dan fasilitas mewah. Kebanyakan aktifis yang lompat ke dalam sistem, lupa dengan penderitaan rakyat Papua.

Peluang yang diciptakan oleh Negara Indonesia dalam paket politik OTSUS Papua adalah sebuah kesempatan untuk mengantar bangsa Papua pada sebuah kehancuran tanah dan kepunahan etnis Papua. Kebanyakan orang Papua yang ada dalam sistem pemerintahan dan juga kelompok abu-abu lain yang berada di luar sistem telah terbuai dengan pelbagai tawaran murahan yang mengiurkan, namun menghancurkan.

OTSUS Papua dapat disimbolkan sebagai naga tua Jakarta yang ekornya dikendalikan dari Jakarta, sedangkan kepalanya berada di Tanah Papua menghancurkan dan memusnahkan tanah dan orang Papua. Racunnya telah menghancurkan sendi-sendi hidup orang Papua, dan bahkan mematikan orang Papua. Orang Papua tertentu, khususnya orang Papua abu-abu yang ada di dalam dan di luar sistem telah terbuai dengan kelicikan naga tua-OTSUS ini. Orang Papua tidak sadar bahwa kepala naga ada di Tanah Papua, maka orang Papua dan kekayaan alam Papua serta dana OTSUS diterkam dan dibuang ke Jakarta karena memang ekornya dikendalikan dari Jakarta.

Naga adalah ular yang penuh dengan kelicikan, maka naga OTSUS telah, sedang dan akan melakukan manufer kebohongan. Terbukti bahwa ketika ada sorotan dari manca Negara, Jakarta mengatakan bahwa yang menggagalkan OTSUS adalah orang Papua sendiri yang mana kepala pemerintahan dikepalai oleh orang Papua; sementara pemda propinsi di tanah Papua menyangkal tuduhan Jakarta dengan mengatakan bahwa Jakarta yang menggagalkan OTSUS Papua karena Jakarta tidak sepenuhnya memberikan kewenangan sepenuhnya kepada orang Papua sesuai amanah UU No. 21 Tahun 2001 Tentang Pemeritahan OTSUS Papua dan membeberkan pelbagai alasan lain hanya untuk menghindar dari pelbagai tuduhan Jakarta.

Saling lembar tanggung jawab dan tuding-menuding ini terjadi karena memang OTSUS adalah naga tua yang penuh dengan kelicikan (kebohongan). Dalam hal ini naga tua OTSUS ini juga menjadi bola liar. Jakarta menendang bola OTSUS ke pemda propinsi di Tanah Papua; dan sebaliknya Pemda juga menendang bola OTSUS ke Jakarta. Bola OTSUS juga sering kali menjadi sebuah ajang persaingan antara kelompok kepentingan (abu-abu) baik itu kelompok migrant dan juga orang Papua tertentu yang mengejar kepentingan kekuasaan dan kekayaan atau memanfaatkan isu politik Papua merdeka hanya untuk kepentingan ekonomi semata. Banyak aktifis Papua terbuai dengan naga tua – OTSUS akhirnya lompat pagar masuk dalam sistem.

Bola liar OTSUS ini berubah juga menjadi bola panas OTSUS. Bola panas OTSUS ini telah, sedang dan akan membumi-hanguskan sendi-sendi hidup bangsa Papua, membumi-hanguskan tanah dan kekayaan alam Papua; serta memusnahkan orang Papua secara pelan tapi pasti. Bola panas OTSUS juga telah membangkitkan kemarahan antara pemda propinsi di Tanah Papua dan Jakarta; juga di antara pemerintah dan masyarakat di Tanah Papua. Bola panas OTSUS terus membara membakar rumah Papua dan isinya.

Kapan naga tua OTSUS akan mati? Kapan bola liar OTSUS akan dihentikan? Kapan bola panas OTSUS akan diredahkan? Menurut pandangan bangsa Papua OTSUS Papua sudah mati ketika masyarakat adat Papua pada tanggal 12 Agustus 2005 mengembalikan OTSUS Papua; ternyata OTSUS Papua yang sudah mati itu dihidupkan kembali oleh orang Papua tertentu melalui perekrutan dan pemilihan MRP periode pertama (2005 s/d 2010); juga dihidupkan kembali oleh orang Papua tertentu yang ada dalam sismtem, khususnya legislatif (DPR) yang ada di tanah Papua serta eksekutif di tanah Papua (Gubernur dan bupati); serta kelompok-kelompok kepentingan lainnya, seperti LMA yang pembentukannya diback up oleh Negara Indonesia yang tujuannya mengamankan kepentingan Negara dan melahirkan konflik horizontal.

Ada yang mengatakan OTSUS telah mati melalui musyawarah bersama MRP dan orang asli Papua pada tanggal 9 dan 10 Juni 2010 yang melahirkan 11 rekomendasi yang di antar ke DPRP pada tanggal 18 Juni 2010; namun OTSUS Papua itu masih dihidupkan kembali oleh orang Papua tertentu yang ada dalam sistem dan juga kelompok kepentingan yang ada di luar sistem. OTSUS dihidupkan kembali dengan pelbagai cara, antara lain: pemda propinsi dan DRP di Tanah Papua mempertahankan OTSUS dan menerima dana OTSUS, selain itu kini ada upaya untuk perekrutan dan pemilihan MRP periode ke dua. Ada orang Papua, khususnya MRP periode pertama pun mencalonkan diri kalaupun 11 rekomendasi itu justru mereka yang memfasilitasi dan mensyahkannya menjadi keputusan MRP. Ada pula aktifis Papua yang berbicara berbusa-busa di depan massa aksi, atau lewat media massa memperjuangkan keadilan dan kebenaran pun terbuai dengan naga tua OTSUS ini, akhirnya ada aktifis Papua merdeka pun berlomba-lomba mendaftarkan diri untuk meramaikan bursa pemilihan MRP dan mereka pun bermimpi bahwa akan perjuangkan hak-hak dasar orang asli Papua.

MRP adalah anak naga tua (OTSUS). Anak naga OTSUS (MRP) ini gigi taringnya telah dicopot oleh pemerintah, maka ia tak dapat mencengkram, menggigit dan menangkap sesuatu. Buktinya 22 perdasus yang dirancangnya telah ditolak oleh pemegang ekor naga induk di Jakarta. Jika MRP yang adalah anak naga dari naga tua OTSUS itu tak memiliki gigi taring, mengapa orang-orang Papua tertentu ini berlomba-lomba dalam bursa perekrutan dan pemilihan MRP periode ke dua? Hendak melakukan apa jika terpilih menjadi anggota MRP? Apakah hendak menjadi anak naga yang tidak produktif karena gigi taringnya telah dicopot? Apa yang hendak disumbangkan bagi orang asli Papua? Apakah hendak mengejar duit yang dimuntahkan oleh naga tua-OTSUS? Bukankah duit yang dimuntahkannya akan ditelannya kembali ke Jakarta melalui masyarakat migrant dan para pejabat serta konglomerat kelas kakap? Berhentilah bermimpi menjadi MRP.

Dari uraian di atas sampailah kita pada satu pernyataan kunci: “orang Papua tertentu telah tertipu oleh naga tua Jakarta alias OTSUS dan anak naga alias MRP”. Apakah orang Papua tertentu itu masih tetap ditipu dan terbuai oleh naga tua OTSUS dan anak naga MRP? Ataukah hendak sadar dan mengambil sikap serta merapatkan barisan bersama rakyat dan komponen bangsa Papua yang menolak paket politik OTSUS Papua dan anaknya MRP, dan selanjutnya bersama memperjuangkan keadilan dan menyuarakan kebenaran?

Kami selaku aktifis Papua yang tidak tertipu dan tidak terbuai oleh naga tua OTSUS dan anak naga MRP menyatakan dan menyerukan bahwa:

1. Adalah saatnya bagi orang Papua tertentu yang ada dalam sistem dan di luar sistem yang telah & sedang tertipu oleh naga tua–OTSUS & anak naga – MRP untuk segera sadar, bersatu dan bergabung dalam barisan pejuang Papua untuk melakukan perlawanan terhadap pelbagai penindasan dalam segala dimensi kehidupan orang Papua yang dilancarkan oleh Negara Indonesia & koroni-koroninya.

2. Bagi orang Papua yang melacurkan diri oleh kelicikan naga tua OTSUS dan anak naga MRP segera mengawal 11 rekomendasi yang diantar orang asli Papua dan MRP pada tanggal 18 Juni 2010 ke DPRP.

3. Bagi orang Papua yang terbuai dengan kebohongan naga OTSUS yg kini berusaha menggantikan anak naga yg kedua, yakni MRP periode 2011-2016 segera berhenti dari perekrutan dan pemilihan MRP.

4. Diserukan kepada rakyat Papua yang telah dan sedang tertipu maupun tidak tertipu oleh naga tua OTSUS dan anak naga MRP segera rapatkan barisan untuk melakukan demonstrasi yang akan dikoordinir oleh pimpinan Gereja di Tanah Papua.

5. Segera hentikan manufer kepentingan ekonomi dan politik semata oleh Negara dan oleh kelompok-kelompok kepentingan yang diback up oleh kekuatan Negara Indonesia dan sekutunya.

6. Berikan ruang demokrasi (kebebasan berpendapat) bagi rakyat bangsa Papua.

7. Stop politik adu domba antara orang Papua, alias stop “devide et impera” yang diterapkan Negara Indonesia di tanah Papua.

8. Pemerintah segera membubarkan LMA yang dibentuk dengan tujuan mengamankan kebijakan pemerintah dan yang pada akhirnya menciptakan konflik horizontal di antara orang asli Papua.

9. Pemerintah segera hentikan perekrutan dan pemilihan MRP yang dilakukan melalui kesbang pol di Tanah Papua serta bubarkan MRP boneka Jakarta.

10. OTSUS sudah dikembalikan oleh pemegang kedaulatan yang ada di Tanah Papua, maka bubarkan pemerintahan OTSUS Papua yang menjadi lambang pemerintahan naga tua, alias lambang kejahatan kemanusiaan orang Papua dan mengkhianati perjuangan hak kedaulatan bagi bangsa Papua.

11. Stop taktik membumi-hanguskan tanah dan kekayaan serta pemusnahan etnis Papua melalui pelbagai manufer yang terselubung dan nyata oleh Negara melalui jalur-jalur yang dibangunnya.

12. Bangsa Papua menanti Negara Indonesia BERDIALOG yang difasilitasi oleh pihak ketiga (negara) yang netral untuk membicarakan pelbagai kompleksitas permasalahan di tanah Papua agar mendapatkan solusi terbaik bagi penyelesaian sengketa atas Papua Barat.



Demikian siaran pers ini dibuat dengan sesungguh-sungguhnya; harapan kami dapat diperhatikan dan dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait hanya demi menyelamatkan manusia dan tanah Papua dari bahaya pemusnahan etnis dan penghancuran.



“Keselamatan bagi jiwa-jiwa yang terbelenggu tirani penindasan adalah hukum tertinggi”



Port Numbay: Senin, 17 Januari 2011



“Persatuan Tanpa Batas, Perjuangan Sampai Menang”





SELPIUS BOBII

(Ketua Umum)



Catatan: Tolong Foto Copy materi siaran pers ini dan dibagikan kepada sesama Anda. Elohim-YHWH akan memberikan berkat yang setimpal dengan amal baik Anda. Teriring salam dan hormat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar